BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dahulu manusia hanya mengambil sesuatu
dari lingkungannya yang langsung dapat dimanfaatkan untuk kehidupannya,
misalnya buah-buahan langsung dipetik untuk dimakan, sementara bagian lain dari
tumbuhan itu dibiarkan atau dibuang begitu saja. Begitu pula pemanfaatan
manusia terhadap hewan, hanya diambil daging atau telurnya saja. Namun setelah
berkembangnya Biologi, khususnya pada cabang bioteknologi, manusia telah
berhasil menemukan berbagai bagian tubuh tumbuhan atau hewan yang dapat diolah
menjadi bahan baku industri. Bioteknologi merupakan sesuatu ilmu yang
mengaplikasikan seluruh tubuh organisme atau bagian tubuh dari suatu organisme
dalam teknologi untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Dengan kata lain,
bioteknologi merupakan pemanfaatan organisme dan agen-agen biologis untuk
menghasilkan barang dan jasa demi kepentingan manusia. Hal itu berhubungan
dengan pemanfaatan organisme atau komponen selulernya secara terarah dan
terkontrol yang melibatkan berbagai multidisiplin ilmu serta merupakan aplikasi
terpadu antara mikrobiologi, biokimia, biologi sel, fisiologi, genetika
molekuler, rekayasa genetika, dan teknik kimia.
Istilah bioteknologi pertama kali
dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur Hongaria pada tahun 1917 untuk
mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan menggunakan bit gula
sebagai sumber pakan. Pada perkembangannya sampai pada tahun 1970, bioteknologi
selalu berasosiasi dengan rekayasa biokimia (biochemical engineering). Definisi
bioteknologi apabila dapat dilihat dari akar katanya berasal dari “bio” dan
“teknologi”, maka kalau digabung pengertiannya adalah penggunaan organisme atau
sistem hidup untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menghasilkan produk yang
berguna. Pada tahun 1981, Federasi Bioteknologi Eropa mendefinisikan
bioteknologi sebagai berikut, bioteknologi adalah suatu aplikasi terpadu
biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa kimia dengan tujuan untuk mendapatkan
aplikasi teknologi dengan kapasitas biakan mikroba, sel, atau jaringan di
bidang industri, kesehatan, dan pertanian.Definisi bioteknologi yang lebih luas
dinyatakan oleh Bull, et. al, (1982), yaitu penerapan prinsip-prinsip ilmiah
dan rekayasa pengolahan bahan oleh agen biologi seperti mikroorganisme, sel
tumbuhan, sel hewan, manusia, dan enzim untuk menghasilkan barang dan jasa.
Bioteknologi berasal dari dua kata,
yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup dan 'teknologi' yang berarti cara untuk
memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European
Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan bioteknologi sebagai
perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan
meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup,
dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa (Goenadi &
Isroi, 2003).
Adapun beberapa definisi dari bioteknologi adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan
terpadu biokimia, mikrobiology dan ilmu keteknikan untuk mewujudkan aplikasi
teknologi dari mikro-organisme, kultur jaringan dan bagian-bagian lainnya.
2. Aplikasi
dari organisme, system atau proses untuk industri manufaktur dan pelayanan
jasa.
3. Teknologi
yang menggunakan fenomena biology untuk mengopi dan menghasilkan bermacam-macam
produk yang berguna.
4. Bioteknologi
adalah tidak lebih dari sebuah istilah diberikan untuk sekumpulan teknik-teknik
dan proses-proses.
5. Bioteknologi
adalah penggunaan organisme hidup dan komponennya dalam bidang pertanian,
pangan dan proses-proses industri lainnya.
6. Aplikasi
berbagai teknik yang menggunakan organisme hidup atau bagiannya serta untuk
menghasilkan produk dan/atau jasa.
·
Sejarah dan
Perkembangan Bioteknologi
Periode perkembangan
bioteknologi
Pemanfaatan mikrob untuk kepentingan
manusia telah ada sejak zaman sebelum masehi. Hingga sekarang manusia telah
mengalami tiga periode perkembangan bioteknologi, yaitu sebagai Berikut :
1.
Periode bioteknologi
tradisional ( sebelum abad ke-15 M )
Dalam periode ini telah
ada teknologi pembuatan minuman bir dan anggur menggunakan ragi (6000 SM),
mengembangkan roti dengan ragi (4000 SM), dan pemanfaatan ganggang sebagai
sumber makanan yang dilakukan oleh bangsa aztek (1500 SM ).
2.
Periode bioteknologi
ilmiah ( abad ke-15 sampai ke-20 M)
Periode ini ditandai dengan adanya
beberapa peristiwa berikut ini :
Tahun 1670 : usaha penambangan biji tembaga dengan
bantuan mikrob di Rio Tinto, Spanyol.
Tahun 1686 : Penemuan mikrosop oleh Antony van
Leeuwenhoek yang juga menjadi manusia pertama yang dapat melihat mikrob.
Tahun 1870 : Louis pasteur menemukan adanya mikrob
dalam makanan dan minuman.
Tahun 1890 : alkohol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor.
Tahun 1897 : penemuan enzim dari ekstrak ragi yang dapat mengubah
gula menjadi alkohol oleh Eduard Buchner.
Tahun 1912 : pengelolahan limbah dengan menggunakan mikrob.
Tahun 1915 : produksi aseton, butanol, dan
gliserol dengan menggunakan bakteri.
Tahun 1928 : penemuan zat antibiotik penisilin oleh Alexander
Fleming
Tahun 1994 : Produksi besar-besaran penisilin
Tahun.1953 : penemuan struktur asam deoksiribo nukleat ( ADN ) oleh
Crick dan Watson .
3.
Periode bioteknologi
modern ( abad ke-20 M sampai sekarang)
Periode ini diawali dengan penemuan
teknik rekayasa genetik pada tahun 1970-an. Era rekayasa genetik dimulai dengan
penemuan enzim endonuklease restiksi oleh Dussoix dan Boyer. Dengan adanya
enzim tersebut memungkinkan kita dapat memotong ADN pada posisi tertentu,
mengisolasi gen dari kromosom suatu organisme, dan menyisipkan potongan ADN
lain ( dikenal dengan teknik ADN rekombinan).
Setelah penemuan enzim endonuklease
restriksi, dilanjutkan dengan program bahan bakar alkohol dari brazil,
teknologi hibridoma yang menghasilkan antibodi monoklonal (1976), diberikannya
izin untuk memasarkan produk jamur yang dapat dikonsumsi manusia kepada Rank
Hovis Mc. Dougall (1980). Peran teknologi rekayasa genetik pada era ini semakin
terasa dengan diizinkannya penggunaan insulin hasil percobaan rekayasa genetik
untuk pengobatan penyakit diabetes di Amerika Serikat pada tahun 1982. insulin
buatan tersebut diproduksi oleh perusahaan Eli Lilly dan Company. Hingga saat
ini, penelitian dan penemuan yang berhubungan dengan rekayasa genetik terus
dilakukan. Misalnya dihasilkan organisme transgenik penelitian genom makhluk
hidup.
Dengan
berkembangnya mikrobiologi, telah diketahui berbagai struktur dan sifat-sifat
dari berbagai jenis mikroba/jasad renik, baik yang menguntungkan maupun yang
bersifat patogen (menyebabkan penyakit), maka berkembanglah industri
makanan/minuman, industri farmasi, industri pertambangan dan industri plastik.
1.2. Tujuan
Tujuan mempelajari bioteknologi dan
industri bagi seorang engineer adalah agar mampu merekayasa suatu proses yang
menggunakan energi bio (energi terbarukan) seperti halnya dalam mengolah
limbah, yang menggunakan bakteri-bakteri pereduksi dan relatif lebih aman
dibandingkan dengan menggunakan zat-zat kimia.
BAB II
ISI
A. Peran
Bioteknologi dalam Bidang Industri
Pengembangan
bioteknologi industri terutama ditujukan untuk pengembangan proses lebih
bersih, pengurangan biaya proses produksi dan penciptaan produk baru.
Prioritas program antara lain:
a. Pengembangan
galur unggul yang potensial untuk industri, pengembangan metoda dan teknik
untuk meningkatkan
produktivitas dalam peningkatan skala produksi.
b. Pengembangan rekayasa proses hilir untuk
proses separasi dan pemurnian dalam industri pengolahan
c. Pemeliharaan dan pengembangan kearifan lokal
yang mempunyai nilai tambah;
d. Peningkatan
industri manufaktur yang kompetitif yang mendukung bioproses;
e. Pengembangan produk dan proses baru yang
efisien yang dapat mengurangi biaya produksi dan menurunkan tingkat percemaran
f. Pengembangan metoda untuk monitoring dan
kontrol bioproses di industri.
g. Pengembangan biomaterial, biomimetik,
biomembran, bioplastik dan lain lain.
Perkembangan biologi khususnya pada
cabang zoologi, botani, taksonomi, biokimia, mikrobiologi, dan bioteknologi,
manusia telah berhasil menemukan berbagai bagian tubuh tumbuhan atau hewan yang
dapat diolah menjadi bahan baku industri.
Berikut ini adalah contoh-contoh pemanfaatan Bioteknologi pada bidang industri :
Berikut ini adalah contoh-contoh pemanfaatan Bioteknologi pada bidang industri :
1.
Ditemukannya kandungan
gula yang cukup tinggi pada batang tebu, menyebabkan berkembangnya pabrik
pengolahan tebu menjadi gula.
2. Diketahuinya
bahwa serabut biji kapas dan bulu domba dapat diolah menjadi benang, dan
kepompong ulat sutera dapat diolah menjadi benang sutera, maka berkembanglah
industri tekstil/kain, kain wol dan kain sutera.
3. Dengan
berkembangnya mikrobiologi, telah diketahui berbagai struktur dan sifat-sifat
dari berbagai jenis mikroba/jasad renik, baik yang menguntungkan maupun yang
bersifat patogen (menyebabkan penyakit), maka berkembanglah industri
obat-obatan, makanan/minuman yang berkhasiat obat. Contoh dalam industri
makanan adalah sebagai berikut; Setelah diketemukannya jenis bakteri Lactobacillus
yang sifat-sifatnya dapat bermanfaat bagi manusia dan dapat dibuat menjadi
yoghurt, maka berkembanglah industri pembuatan yoghurt. Yoghurt ini dibuat dari
susu yang difermentasikan dengan menggunakan bakteri Lactobacillus, pada
suhu 40 derajat celcius selama 2,5 jam sampai 3,5 jam (lihat Gambar 23). Contoh
lainnya pemanfaatan mikrobiologi dalam bidang industri makanan adalah pada
industri kecap, tempe, oncom, keju, roti, dan nata de coco, serta minuman
anggur.
Gambar
1. Berbagai jenis yoghurt yang dibuat dengan menggunakan Bakteri Lactobacillus.
4.
Dalam industri
obat-obatan, telah diketahui sifat-sifat bakteri Escherichia coli yang ternyata
dapat dibuat/disintesis menjadi insulin;
insulin ini sangat berguna bagi penderita penyakit Diabetes
Melitus pada manusia.
Gambar
2. Insulin untuk penderita diabetes melitus yang di produksi oleh bakteri
E.coli.
5.
Contoh perkembangan
mikrobiologi dalam industri obat-obatan lainnya adalah pada industri pembuatan
antibiotik dan vaksin. Macam-macam antibiotik yang sudah berhasil dibuat antara
lain adalah: Penisilin (dibuat dari jamur Penicillium), Sefalosporin
(dihasilkan oleh jamur Cephalosporium), dan Tetrasiklin (dihasilkan
oleh jamur Streptomycin).
Gambar 3. Berbagai
jenis antibiotik.
Selain
itu, masih banyak lagi peranan bioteknologi dalam bidang industry, beberapa di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Asam sitrat
Mikroba :
Aspergillus niger
bahan : tetes gula dan sirup
Fs. Asam Sitrat : pemberi citarasa, pengemulsi susu, dan antioksidan. Umumnya asam ini banyak terdapat pada jeruk.
bahan : tetes gula dan sirup
Fs. Asam Sitrat : pemberi citarasa, pengemulsi susu, dan antioksidan. Umumnya asam ini banyak terdapat pada jeruk.
2. Vitamin
-
B1 oleh Assbya gossipii
- B12 oleh Propionibacterium dan Pseudomonas
- B12 oleh Propionibacterium dan Pseudomonas
3. enzim
a.amylase
Amilase
digunakan dalam produksi sirup, kanji, glukosa.
Glukosa isomerase : mengubah amilum
menjadi fruktosa.
Fruktosa digunakan sebagai pemanis makanan menggantikan sukrosa.
Fruktosa digunakan sebagai pemanis makanan menggantikan sukrosa.
mikroba: Aspergillus niger
Aspergillus oryzae
Bacillus subtilis
Aspergillus oryzae
Bacillus subtilis
b. Protease
- digunakan antara
lain dalam produksi roti, bir
- protease
proteolitik berfungsi sebagai pelunak daging dan ..campuran
deterjen untuk menghilangkan noda protein
mikroba: Aspergillus oryzae, Bacillus subtilis
c.Lipase
Antara lain dalam produksi susu dan keju untak meningkatkan cita
rasa.
mikroba: Aspergillus niger, Rhizopus spp
d. Asam Amino
-asam glutamat :bahan utama MSG (Monosodium Glutamat)
-Lisin :asam amino
esensial, dibutuhkan dalam jumlah besar oleh ternak.
Keduanya oleh Corynobacterium glutamicum
B. PRODUK BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
Produk-produk
bioteknologi pertanian di Indonesia berdasarkan gradien bioteknologi antara
lain : (1) bahan tanam unggul, (2) biofertilizer, (3) biodecomposer, dan (4)
biocontrol. Bahan tanam dapat
ditingkatkan kualitasnya melalui pendekatan bioteknologi. Peningkatan kualitas
bahan tanam berdasarkan pada empat kategori peningkatan, yaitu peningkatan
kualitas pangan, resistensi terhadap hama atau penyakit, toleransi terhadap
cekaman lingkungan, dan manajemen budidaya (Huttner, 2003). Produk bahan tanam
unggul yang saat ini telah berhasil dipasarkan antara lain adalah bibit kultur
jaringan, misalnya: bibit jati dan bibit tanaman hortikultura. Namun, bahan
tanam unggul yang dihasilkan dari rekayasa genetika yang dilakukan oleh
peneliti di Indonesia sampai saat ini belum ada yang dikomersialkan.
Produk-produk bahan tanam rekayasa genetika yang ada di pasaran Indonesia
umumnya merupakan produk dari negera lain, sebagai contoh : Jagung Bt dan Kapas
Bt yang dipasarkan oleh Monsanto. Kultur jaringan merupakan tingkatan umum
penguasaan bioteknologi di Indonesia. Bagaimanapun juga, produksi bibit kelapa
kopyor telah berhasil di komersialkan melalui teknik transfer embrio (Paten ID
0 001 957). Produk biofertilizer merupakan salah satu produk bioteknologi yang
banyak beredar di pasaran Indonesia. Produk-produk tersebut sebagian
dikembangkan oleh peneliti di Indonesia maupun di impor dari negara lain. Salah
satu produk biofertilizer bernama Emas ( Enhancing
Microbial Activity in the Soils ) telah dirakit oleh BPBPI (Paten ID 0 000
206 S), dilisensi oleh PT Bio Industri Nusantara dan digunakan di berbagai
perusahaan perkebunan (BUMN dan BUMS) (Goenadi, 1998). Produk biofertilizer
lain yang dikembangkan oleh peneliti di Indonesia antara lain: Rhizoplus ,
Rhiphosant , Bio P Z 2000, dan lain-lain. Produk sejenis
biofertilizer/ bioconditioner dari luar negeri misalnya: Organic
Soil Treatment (OST).
Produk-produk biodecomposer juga banyak
beredar di pasaran Indonesia. Biodecomposer dipergunakan untuk mempercepat
proses penguraian limbah-limbah organik segar pertanian menjadi kompos yang
siap diaplikasikan ke dalam tanah. Contoh produk-produk biodecomposer antara
lain: Orgadec (BPBPI), SuperDec (BPBPI), Degra Simba (ITB),
Starbio , EM4 , dan lain sebagainya. Produk-produk baru terus
bermunculan sejalan dengan kebutuhan untuk mengatasi masalah limbah padat
organik.
Mikroba juga telah dimanfaatkan untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Aplikasi mikroba untuk biokontrol hama
dan penyakit tanaman meliputi mikroba liar yang telah diseleksi maupun mikroba
yang telah mengalami rekayasa genetika. Contoh mikroba yang telah banyak
dimanfaatkan untuk biokontrol adalah Beauveria bassiana untuk
mengendalikan serangga, Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan
hama boktor tebu ( Dorysthenes sp) dan boktor sengon ( Xyxtrocera
festiva ), dan Trichoderma harzianum untuk mengendalikan penyakit
tular tanah ( Gonoderma sp, Jamur Akar Putih, dan Phytopthora sp).
Produk-produk biokontrol yang telah dikomersialisasikan oleh unit kerja lingkup
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) antara lain : Meteor, Greemi-G,
Triko SP, NirAma , dan Marfu . Keuntungan pemanfaatan biokontrol
untuk pertanian antara lain adalah ramah lingkungan, dan mengurangi konsumsi
pestisida yang tidak ramah lingkungan.
Mikroba
juga dimanfaatkan dalam proses pembuatan pupuk anorganik. Peneliti di Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) mengembangkan teknologi
pembuatan pupuk superfosfat yang disebut dengan Bio-SP dengan menggunakan bantuan
mikroba pelarut fosfat. Kualitas dari Bio-SP menyamai kualitas pupuk superfosfat konvensional (SP
36). Keunggulan dari teknologi ini adalah penggunaan agensia hayati untuk
mengurangi konsumsi asam anorganik dan lebih aman lingkungan serta mampu
mengurangi biaya produksi.
C. KOMERSIALISASI PRODUK BIOTEKNOLOGI
Komersialisasi
merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan pemasaran sebuah produk atau
pengembangan sebuah proses dan penerapan proses ini dalam kegiatan produksi.
Kegiatan ini merupakan rangkaian yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai
aspek yang mencakup kebijakan ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu,
lingkungan pasar, dan sebagainya. Tahapan-tahapan komersialisasi sebuah produk
bioteknologi umumnya seperti yang terlihat pada Gambar 4.
Sebuah invensi bioteknologi pada dasarnya
merupakan ide atau solusi bagi sebuah masalah teknis. Oleh karena itu adalah
sangat penting untuk memperoleh perlindungan hukum sebelum mengkomersialkannya.
Dalam beberapa kasus, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan sebelum sebuah
invensi dapat diwujudkan dalam bentuk produk yang dapat dipasarkan atau proses
yang dapat diterapkan dalam produksi komersial. Bahkan setelah produksi dari
invensi baru dilaksanakan, upaya lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memasarkannya,
yang juga memerlukan dukungan sumberdaya manusia, investasi, waktu, dan kerja
kreatif.
Gambar
4. Tahapan umum komersialisasi produk bioteknologi (Goenadi, 2004)
Banyak penelitian-penelitian bioteknologi
pertanian yang sejak awal memiliki defisiensi, misalnya penelitian yang sudah
ada sebelumnya untuk menangani masalah yang sama dan penelitian baru ini tidak
memiliki keunggulan ekonomis dan teknis dibandingkan yang telah ada di pasar,
atau ada produk baru yang lebih baik muncul setelah invensi bioteknologi
sebelumnya dan invensi sebelumnya akan menjadi tidak berharga sebelum sempat
dikomersialisasikan.
Riset pengembangan merupakan tahapan yang
sangat penting sebelum sebuah hasil penelitian bioteknologi dapat menjadi
sebuah produk atau proses. Walaupun banyak tahapan yang dapat ditempuh,
pengalaman penulis menunjukkan bahwa riset pengembangan menentukan keyakinan
pihak investor dalam mengkomersialisasikan teknologi yang dihasilkan. Tahapan
umumnya adalah seperti yang digambarkan pada Gambar 5. Produk-produk rekayasa
genetika memerlukan serangkain tahapan pengujian yang lebih rumit lagi sebelum
dapat dikomersialkan secara luas (Carpenter & Gianessi. 2001).
Faktor lain yang penting adalah menyangkut
kebijakan keuangan, pajak, dan yang terkait lainnya. Manfaat yang besar dapat
diperoleh dari penerapan produk bioteknologi baru, namun komersialisasi invensi
bioteknolgi itu sendiri mengandung risiko yang tinggi. Sangat sering sebuah
produk baru atau proses digantikan oleh yang lebih baru dan lebih efisien dalam
tempo yang singkat sebelum investornya mampu memperoleh kembali investasinya.
Tanpa adanya preferensi kebijakan keuangan, pajak, dan yang terkait lainnya,
investor akan enggan untuk menanamkan modalnya pada komersialisasi invensi yang
berisiko.
Gambar
5. Tahapan riset pengembangan produk bioteknologi hingga komersialisasi
(Goenadi, 2004)
D. PENGALAMAN PEMASARAN INVENSI
PRODUK BIOTEKNOLOGI
Salah satu kunci keberhasilan
komersialisasi produk bioteknologi adalah adanya kebutuhan pasar dan mutu
produk yang dihasilkan cukup memadai. Produk-produk berbasis bioteknologi
memperoleh apresiasi pasar karena masyarakat lebih sadar terhadap pentingnya
produk hayati. Oleh karena itu, produk-produk pupuk hayati, pelapuk hayati, dan
tanaman hasil kultur jaringan relatif mudah memperoleh tanggapan positif dari
pasar.
Faktor kunci lainnya adalah jenis produk
yang dihasilkan harus mampu menawarkan peningkatan efisiensi pada tingkat harga
yang layak. Memasarkan produk pupuk hayati, yang mampu menghemat penggunaan
pupuk kimia pada saat harga pupuk terus meningkat dan subsidi oleh pemerintah
dihapus akan sangat efektif. Diperolehnya invensi terobosan dalam menghasilkan
tanaman kelapa kopyor yang buahnya dalam satu pohon seluruhnya kopyor merupakan
nilai jual yang sangat unik dan strategis.
Di samping aspek produk tersebut di atas,
pengenalan terhadap segmen pasar adalah sangat penting artinya agar invensi
yang diciptakan mampu secara potensial memiliki pasar utama (captive market).
Untuk itu diperlukan strategi mengamankan pasar produk melalui keterkaitan yang
erat antara produsen dan konsumen. Salah satunya adalah bahwa produsen adalah
sekaligus bertindak sebagai konsumen utama.
TANAMAN
produk bioteknologi telah beberapa diperdagangkan di berbagai negara. Tanaman
hasil rekayasa genetika tersebut menyerupai tanaman asalnya, tetapi memiliki
sifat-sifat tertentu yang menyebabkan tanaman tersebut lebih baik. Tanaman
tersebut memberikan keuntungan bagi petani dan konsumen. Petani memperoleh
hasil yang lebih tinggi dan peningkatan keleluasaan dalam pengelolaan tanaman,
sedangkan konsumen memperoleh hasil yang lebih menyehatkan, antara lain tanaman
yang ditanam dengan penggunaan pestisida lebih sedikit dan atau kandungan
nutrisi yang lebih menyehatkan.
Tanaman
produk bioteknologi yang telah disetujui untuk pangan merupakan tanaman yang
dimodifikasi untuk memiliki sifat-sifat seperti ketahanan terhadap penyakit,
ketahanan terhadap herbisida, perubahan kandungan nutrisi, dan peningkatan daya
simpan.
E. Kedelai biotek
Kedelai
merupakan tanaman penghasil minyak yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bijinya
mengandung asam amino esensial lebih tinggi dibanding dengan daging, sehingga
merupakan tanaman pangan yang sangat penting saat ini. Kedelai toleren
herbisida, varietas kedelai toleran herbisida mengandung gen yang memberikan
ketahanan terhadap satu atau dua herbisida berspektrum luas, yang ramah
lingkungan. Tanaman kedelai hasil modifikasi genetika ini memberikan
pengendalian gulma lebih baik dan mengurangi kerusakan tanaman. Selain itu juga
meningkatkan efisiensi budi daya dengan optimalisasi hasil melalui pemanfaatan
lahan yang efisien, menghemat waktu tanam, dan peningkatan keleluasaan
pergiliran tanaman. Penggunaan tanaman kedelai ini juga mendorong adopsi sistem
tanam tanpa oleh tanah (TOT), yang merupakan bagian penting dari konservasi
lahan.
Varietas
kedelai hasil modifikasi genetika tersebut sama seperti varietas kedelai
lainnya dalam hal kandungan nutrisi dan komposisinya maupun cara pemrosesannya
menjadi pangan dan pakan. Kedelai biotek telah disetujui untuk digunakan
sebagai bahan pangan di negara Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Uni Eropa,
Jepang, Korea, Meksiko, Belanda, Rusia, Switzerland, Uruguay, dan Amerika
Serikat.
Tanaman
hasil modifikasi genetika mengandung asam oleat yang tinggi, yang merupakan
asam lemak tak jenuh tunggal. Menurut ahli gizi, lemak tak jenuh tunggal
merupakan lemak yang lebih baik dibanding lemak jenuh yang terdapat pada sapi,
babi, keju dan produk ternak lainnya. Minyak yang diproses dari tanaman kedelai
ini sama seperti minyak kacang tanah dan minyak zaitun. Kandungan asam oleat
pada kedelai umumnya 24 persen. Tetapi, kandungan asam oleat pada kedelai hasil
modifikasi genetika ini melebihi 80 persen. Kedelai yang ditingkatkan kandungan
asam oleatnya telah disetujui untuk digunakan sebagai bahan pangan di Kanada, Australia,
dan Amerika Serikat.
F.
Jagung biotek
Jagung merupakan salah satu dari tiga tanaman
pangan utama. Jagung toleran herbisida, varietas jagung ini sama seperti
tanaman kedelai toleran herbisida. Memungkinkan petani mendapatkan keleluasaan
dalam menggunakan herbisida tertentu untuk mengendalikan gulma yang merusak
tanaman.
Jagung yang toleran terhadap herbisida ini telah
telah disetujui untuk digunakan sebagai bahan pangan di negara Argentina,
Australia, Kanada, Jepang, dan Amerika Serikat.
Jagung tahan hama, jagung yang dimodifikasi untuk
tahan hama mampu menghasilkan protein insektisida yang biasa dihasilkan oleh
mikroba tanah yang terdapat di alam (Bt), yang memberikan perlindungan tanaman
jagung sepanjang musim dari hama penggerek jagung. Protein Bt telah lama digunakan secara aman
sebagai agensia pengendali hama lebih dari 40 tahun.
Ini berarti petani tidak perlu lagi menyemprotkan
insektisida untuk melindungi tanaman jagung dari hama yang dapat merusak
tanaman dan menyebabkan kehilangan hasil. Jagung Bt juga mengurangi kontaminasi
toksin yang dihasilkan oleh serangan jamur pada biji yang rusak. Jagung Bt
telah disetujui untuk digunakan sebagai bahan pangan di negara Argentina,
Australia, Kanada, Denmark, Eropa, Jepang, Belanda, Afrika Selatan,
Switzerland, Inggris, dan Amerika Serikat.
G.
Kanola biotek
Kanola
merupakan variasi genetik dari rapeseed yang dikembangkan oleh pemulia
Kanada untuk kualitas nutrisinya, khususnya kadar lemak rendah. Kanola toleran
herbisida berperilaku seperti tanaman lainnya yang dimodifikasi untuk toleran
terhadap herbisida. Untuk keuntungannya sama seperti halnya kedelai toleran
herbisida. Kanol laurat tinggi, kanola ini memiliki kadar laurat tinggi. Minyak yang diproses dari tanaman ini sama
dengan minyak kelapa dan kelapa sawit.
Minyak kanola baru ini dijual pada industri pangan
untuk digunakan sebagai pelapis kembang gula cokelat, pemutih kopi, campuran
pelapis kue, dan campuran penutup atas. Bahan ini digunakan juga dalam industri
kosmetik. Kanola toleran herbisida telah disetujui untuk digunakan sebagai
bahan pangan di negara Kanada dan Amerika Serikat. Kanola asam oleat, tipe baru
kanola ini mengandung asam oleat tinggi dan sampai saat ini telah disetujui
untuk digunakan sebagai bahan pangan di Kanada.
H.
Kapas biotek
Kapas
tahan hama, tanaman kapas ini bersifat seperti tanaman jagung tahan hama. Kapas
ini menghasilkan suatu protein yang dapat memberikan perlindungan sepanjang
musim tanam terhadap ulat penggerek buah kapas. Dengan demikian, kebutuhan
pemberian insektisida tambahan untuk pemberantasan hama tersebut dapat dikurangi, bahkan
ditiadakan. Kapas Bt telah disetujui untuk digunakan di negara Argentina, Australia, Kanada, Cina, Jepang,
Meksiko, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.
Kapas
toleran herbisida, kapas ini bersifat seperti tanaman lain yang dimodifikasi
untuk toleran terhadap herbisida. Untuk keuntungan sama seperti halnya kedelai
toleran herbisida. Kapas toleran herbisida telah disetujui untuk digunakan di
negara Australia,
Kanada, Jepang, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.
I.
Kentang biotek
Kentang
tahan hama, jenis kentang ini bersifat seperti tanaman jagung tahan hama. Sifat
ketahanan tersebut memberikan perlindungan tanaman terhadap kumbang kentang
Colorado. Dengan demikian, tanaman kentang ini tidak memerlukan tambahan
perlindungan terhadap hama tersebut, yang tentu saja akan menguntungkan petani,
konsumen, dan lingkungan. Kentang ini telah disetujui untuk digunakan sebagai
bahan pangan di negara Kanada, Jepang, dan Amerika Serikat.
Kentang
tahan virus, beberapa varietas kentang telah dimodifikasi untuk ketahanan
terhadap virus daun menggulung dan virus Y kentang. Seperti halnya vaksinasi
pada manusia, tanaman kentang mendapat inokulasi mencegah penyakit virus
tersebut, sehingga terlindung melalui bioteknologi terhadap virus tertentu.
Selanjutnya ketahanan terhadap virus akan mengurangi pemakaian insektisida yang
diperlukan untuk pemberantasan vektor yang menularkan virus. Kentang ini telah
disetujui untuk digunakan sebagai bahan pangan di negara Kanada dan Amerika
Serikat.
J.
”Squash” biotek
Squash tahan virus, squash kuning
berleher panjang hasil modifikasi genetika memiliki ketahanan terhadap virus
mosaik semangka dan virus mosaik kuning zucchini. Varietas baru ini
memiliki protein selubung dari kedua virus tersebut. Pendekatan biotek ini
dilakukan tanpa pemberantasan kutu aphis sehingga dapat mengurangi
atau meniadakan pemakaian insektisida. Squash ini disetujui untuk
digunakan sebagai bahan pangan di negara Kanada dan Amerika Serikat.
K.
Pepaya biotek
Pepaya
tahan virus, pepaya yang dikembangkan di Hawaii ini memiliki gen virus yang
mengode protein selubung dari virus bercak cincin pepaya. Protein tersebut
memberikan perlindungan tanaman pepaya terhadap virus tersebut. Pepaya ini
bersifat seperti tanaman kentang tahan virus hasil modifikasi genetika. Pepaya
ini telah disetujui untuk digunakan sebagai bahan pangan di Amerika Serikat.
L. Keuntungan ekonomi
Petani telah mendapatkan bagian besar keuntungan
finansial dari tanaman produk bioteknologi. Keuntungan utama yang telah
tercatat di Amerika Serikat untuk musim tanaman 1999-2001 mencakup penggunaan
insektisida kimia yang lebih sedikit dan peningkatan hasil.
Di negara maju telah terbukti bahwa penggunaan
tanaman produk bioteknologi memberikan keuntungan yang nyata. Tanaman generasi
pertama tersebut telah memberikan keuntungan yang nyata.
Tanaman generasi pertama (peningkatan ketahanan terhadap hama) telah
membuktikan kemampuannya dalam meningkatkan hasil, mengurangi biaya budi daya,
meningkatkan keuntungan, serta membantu melindungi lingkungan. Sekarang
penelitian dipusatkan pada generasi kedua (peningkatan kandungan nutrisi atau
sifat lain) untuk mendukung standar industri. Varietas baru ini harus terbukti
bermanfaat bagi berjuta-juta rakyat di negara yang mengalami kekurangan gizi.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Bioteknologi pertama
kali dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur Hongaria pada tahun 1917
untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan menggunakan bit
gula sebagai sumber pakan. Pada perkembangannya sampai pada tahun 1970,
bioteknologi selalu berasosiasi dengan rekayasa biokimia (biochemical
engineering). Definisi bioteknologi apabila dapat dilihat dari akar katanya
berasal dari “bio” dan “teknologi”, maka kalau digabung pengertiannya adalah
penggunaan organisme atau sistem hidup untuk memecahkan suatu masalah atau
untuk menghasilkan produk yang berguna. Pada tahun 1981, Federasi Bioteknologi
Eropa mendefinisikan bioteknologi sebagai berikut, bioteknologi adalah suatu
aplikasi terpadu biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa kimia dengan tujuan untuk
mendapatkan aplikasi teknologi dengan kapasitas biakan mikroba, sel, atau
jaringan di bidang industri, kesehatan, dan pertanian.Definisi bioteknologi
yang lebih luas dinyatakan oleh Bull, et.
B.
Saran
Lebih baik kita harus benar-benar memanfaatkan
sisa-sisa pencernaan makhluk hidup karena di balik dari itu mempunyai manfaat
yang amat besar untuk masyarakat yang membutuhkannya. Seperti bioteknologi,
melalui bioteknologi seseorang akan dapat menyelesaikan masalahnya atau
menghasilkan produk yang berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar