1. Novel
Indonesia
Judul
: Negeri 5 Menara
Pengarang
: A. Fuadi
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Tema
: Keterpaksaan menjadi
kesyukuran
Synopsis
:
Seumur
hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa
kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, main bola
di sawah dan mandi di air biru Danau Minanjau. Tiba_tiba dia harus melintasi
punggung Sumatera menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia
menjadi Buya Hamhka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia
mengikuti perintah ibunya : belajar di pondok.
Dihari
pertama di Pondok Madani (PM) Alif terkesima dengan “mantera sakti : Man Jadda
Wajadda” siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses. Siapa sangka sosok
Alif yang sangat ingin menjadi Habibie. Sosok yang keras kepala dan selalu iri
dengan temannya Randai yang telah sukses mencapai cita-cita kini begitu
bersyukur bisa menjadi santri Pondok Madani.
Disana
ia bertemu dengan anak-anak yang luar biasa. Said, sosok orang kaya namun
rendah hati dari Surabaya. Raja, kamus berjalan dari Medan. Basa, orang yang
sangat ahli ilmu agama dari Gowa. Dulmajid dari Sumenep dan Atang dari Bandung.
Suka dan duka mulai dari krisis uang sampai dihukum selalu dihadapi dengan
tabah.
Di
bawah menara masjid, mereka menunggu waktu maghrib sambil menatap awan
lembayung yang berarak ke ufuk. Awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua
impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang
mereka tahu adalah : Jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun.
Tuhan sungguh Maha Mendengar.
2.
Novel Terjemah
Judul
: Princes
Pengarang
: Jean P. Sasson
Penerbit
: Ramala Books
Tema : Perjuangan seorang wanita untuk
memperjuangkan haknya (emansipasi)
Synopsis
:
Sultana
adalah seorang putri keluarga Kerajaan Saudi. Ayahnya bersifat keras dan lebih
menyanyangi anak laki-lakinya. Dari kecil Sultana adalah gadis pemberani yang
selalu melakukan pemberontakan agar tidak ada lagi perbedaan antara derajat
laki-laki dengan perempuan. Memang di Arab Saudi perempuan dikendalikan oleh
laki-laki. Perempuan hanya dijadikan istri untuk melayani suaminya. Tidak ada
sekolah ataupun pekerjaan untuk perempuan.
Faruq
(kakak Sultana) adalah anak laki-laki satu-satunya. Dia sangat disayangi dan
dibanggakan oleh ayahnya. Apapun yang dia minta ayah selalu mengabulkannya.Bahkan
kasih sayang ayah juga sangat besar dan hanya diberikan untuk Faruq. Oleh
karena itulah Sultana sangat membenci kakaknya sendiri.
Sedangkan
kakak perempuan Sultana, Sara hidupnya sangat menderita. Sara dipaksa untuk
menikah dengan orang yang berusia 65 tahun dan dia akan dijadikan istri
keempatnya. Padahal waktu itu usia Sara baru 15 tahun. Sara menolak permintaan
ayahnya untuk menikah dengan laki-laki tua itu. Namun, tidak ada yang bisa
menolak keinginan ayah. Segala keputusan mengenai keluarga berada ditangan ayah
dan tidak boleh ada yang merubah dan membangkangnya termasuk ibu. Ibu adalah
istri yang sangat patuh dengan suaminya. Ibu tidak pernah menolak permintaan
ayah termasuk untuk menikahkan Sara dengan laki-laki tua itu. Dan akhirnya Sara
tetap menikah dengan laki-laki tua itu. Pada saat usia pernikahannya baru 3
bulan, Sara mencoba untuk bunuh diri karena ia sudah tidak kuat hidup dengan
suaminya. Namun tindakannya untuk bunuh diri diketahui oleh orang lain dan Sara
langsung dibawa ke rumah sakit. Pada saat Sara di rumah sakit, ibu menemaninya
karena ibu takut Sara melakukan hal seperti itu lagi. Ayah tetap menginginkan
Sara kembali kepada suaminya. Ibu yang tadinya adalah seorang istri yang sangat
patuh pada suami pada waktu itu untuk yang pertama kalinya ibu menolak permintaan
ayah. Ibu tidak mau Sara kembali ke suaminya karena ibu takut terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Akhirnya, suami Sara mengalah dan menceraikan Sara.
Setalah
keluar dari rumah sakit, Sara kembali ke rumahnya. Sejak kejadian itu Sara
sering melamun dan seperti tidak mempunyai semangat hidup. Kakak Sara yang juga
kakak Sultana, Nura tidak tega melihat Sara seperti itu. Nura mencoba
meyakinkan ayah bahwa Sara dan Sultana perlu melihat dunia luar Arab Saudi. Dan
ayah mengizinkannya. Faruq yang mendengar berita itu langsung minta ikut. Namun
Sultana tidak mengizinkannya. Kemudian Faruq meminta kepada ayah agar ia ikut
pergi bersama Sara dan Sultana. Ayah mengizinkannya karena ayah menganggap
bahwa Faruq dapat menjaga saudara perempuannya. Tetapi Sultana tetap tidak
menginginkan Faruq ikut. Berbagai macam cara dilakukan Sultana agar Faruq tidak
ikut. Namun semuanya gagal. Faruq tetap ikut mereka ke Riyadh dan ditemani oleh
Hadi. Disana Nura mengajak Sultana dan Sara pergi ke tempat perbelanjaan untuk
membeli cadar Sultana karena pada saat
di Riyadh, Sultana mendapatkan menstruasi yang pertama. Sudah menjadi keharusan
seorang perempuan Arab untuk menutup auratnya termasuk mengenakan cadar pada
saat mendapatkan menstruasi yang pertama. Namun, Nura dan Sara sepakat untuk
merahasiakan tentang menstruasi pertama Sultana dari siapapun. Mereka takut
apabila ayah tahu mengenai hal tersebut, ayah akan segera menikahkan Sultana
seperti yang terjadi pada kakak-kakak perempuannya.
Sepulang
dari belanja Sara dan Sultana dikejutkan dengan tingkah Hadi dan Faruq di
apartemen Nura. Faruq terlihat sedang memegangi gadis kecil yang berumur tak
lebih dari 8 tahun dan Hadi sedang memperkosanya. Melihat kejadian itu Sara
menjadi histeris dan berteriak ketakutan. Faruq sangat marah ketika mengetahui
ada Sultana dan Sara yang melihat perbuatannya itu. Meskipun tertangkap basah
dalam tindakan yang memalukan itu, Faruq dan Hadi bersikap seolah-olah tidak
terjadi apapun. Sultana berkata kepada Faruq bahwa ia akan melaporkan perbuatan
Faruq kepada ayah, tetapi Faruq malah tertawa dan berkata bahwa ia tidak
perduli. Kata Faruq justru ayah yang memberinya nama agen yang bisa dihubungi
untuk mendapatkan layanan seperti itu dan ayah selalu melakukan hal itu saat
pergi ke Kairo. Sultana dan Sara berbincang dengan Nura tentang fenomena
penjualan anak. Menurut Ahmed, suami Nura cara hidup itu terjadi di banyak
negara.
Ibu
tidak takut dengan kematian. Ia menjalani hidup saleh sebagai muslim yang baik.
Dua minggu setelah anak-anaknya pergi ibu mulai sakit dan akhirnya
meninggal. Anak-anak perempuan ibu
mengelilingi setiap inci ranjang kematiannya, ia terbaring diselimuti cinta
darah dagingnya.
Empat
bulan setelah ibu meninggal, ayah menikahi Randa, salah satu sepupu keluarga
kerajaan, teman bermain Sultana di masa kecil. Pengantin baru ayah berumur 15
tahun. Sepulangnya mereka berbulan madu, Randa jarang bicara dan tak pernah
senyum. Resah melihat kehidupan Randa yang suram, Sultana terdorong untuk
berbuat nakal. Sultana, Randa, Nadia, dan Wafa membuat klub yang bernama lively
lips yang bertujuan berani berbicara sendiri untuk melawan sikap menerima
begitu saja peran wanita dalam masyarakat. Wafa dan Nadia adalah gadis yang
jauh lebih berani melakukan pemberontakan. Mereka berani mendekati seorang
lelaki asing yang sangat tampan dan mereka bertanya kepada lelaki itu apakah ia
mau sedikit bersenang-senang. Tak sampai setahun, nadia dan wafa tertangkap.
Beberapa hari kemudian ayah bertanya kepada sultana dan randa apakah mereka ada
hubungannya dengan penangkapan wafa dan nadia. Sultana mencoba menjawab tetapi
ia berbohong. Randa menangis dan menceritakan yang sebenarnya kepada ayah,
kemudian ayah langsung menceraikannya dan melarangnya bergaul dengan sultana.
Karim
dan ayahnya datang ke kantor ayah sultana. Meraka merencanakan perkawinan karim
dan sultana. Setelah melewati berbagai persiapan, akhirnya karim dan sultana
menikah dan dikaruniai 3 orang anak. Dalam kehidupan rumah tangganya mereka
mengalami banyak masalah sampai sultana tidak kuat lagi dan ia kabur dari
rumah. Sultana mau kembali kerumah Karim asalkan Karim menandatangani surat
perjanjian bahwa ia tidak boleh menikah lagi dengan wanita lain selama masih
terikat dengannya. Dan akhirnya Karim mensetujui perjanjian tersebut. Sultana
dan anak-anaknya kemudian kembali ke rumah. Rumah tangganya kembali harmonis.
Sebuah
pesta makan malam sedang berlangsung dirumah keluarga Karim, kami mendengar ada
perang antara irak dan kuait. Penduduk kuait banyak yang mengungsi di arab
karena di arab dianggap nyaman tetapi kemudian kami mendapatkan telepon bahwa
riad sudah tidak aman. Kekacauan meledak dikerajaan kami yang tenang. Aku dan Sarah
gemetar mendengar bahwa perempuan-perempuan kuait diizinkan mengendarai dan
tidak memakai cadar. Betapa kami sangat menginginkan hak-hak seperti yang telah
mereka dapatkan dengan begitu mudah. Kali ini suami sultana marah pada semua
perempuan dan mengatakan padaku bahwa insiden ini akan menunda hak-hak
perempuan selama berpuluh-puluh tahun.
1. Membandingkan
Unsur Intrinsik
1. Tokoh
Novel
|
Tokoh
|
Watak
|
Bukti
|
Novel Indonesia : Negara 5 Menara
|
1.
Alif
2.
Ibu
3.
Raja
4.
Randai
5.
Basa
6.
Dulmajid
7.
Atang
8.
Said
|
1.
Keras kepala, Iri, Penurut
2.
Baik, berpendirian kuat
3.
Pintar, mudah bersyukur
4.
Pintar
5.
Sholeh
6.
Keras, jujur, setia kawan
7.
Rajin
8.
Optimis, dewasa
|
1.
Keras kepala: “ tapi Amak,
ambo tidak berbakat dengan ilmu agama. Ambo ingin jadi insinyur dan ahli
ekonomi. Pokoknya ambo ingin jadi Habibi! Ambo tak ingin jadi Buya Hamka!!!”
Aku bertekad melawan keinginan amak dengan gaya diam dan mengurung diri di
kamar.
Iri: aku sangat iri
dengan kepandaian Randai dalam matematika dan ilmu alam. Senag mendapat surat
dari Randai, kawan lamaku, tapi aku juga iri bercampur sedih, bagaimana
tidak, dia telah berhasil masuk SMA terbaik di Bukit Tinngi sama seperti
keinginanku dulu. Selangkah ia telah berhasil meraih mimipinya menjadi
insinyur. Seementara aku di sini mungkin menjadi ustad dan gur mengaji.
Penurut: belum pernah
sebelumnya aku bantah-bantahan sebesar ini dengan amak. Selama ini aku anak
penurut, surga dibawah telapak kaki ibu, begitulah kata guru madrasahku. Tapi
ide masuk madrasah benar-benar meremas hatiku yang sungguh ingin menjadi
Habibi.
2.
Sholehah: “ amak ingin
anak laki-laki amak menjadi seorang pemimpin
agama yang hebat dan berpengetahuan luas. Melakukan amar ma’ruf nahi munkar, mengajak kebaikan dan
meninggalkan kemungkaran.” “menjadi pemimpin agama lebih mulia daripada
menjadi insinyur Nak. Amak ingin memberikan anak yang terbaik untuk
kepentingan agama. Ini tugas mulia untuk akhirat.”
Perhatian : walau sibuk,
amak selalu menyediakan waktu, membacakan buku, mendengar celotehan kami dan
menemani belajar.
3.
Pintar : “ aku ingin menjadi ulama yang
intelek, dan aku harus bisa menjadi apa yang diinginkan ibu dan bapak. Dari
10 bersaudara, hanya aku yang diamanatkan untuk belajar agama.
Berpendirian
kuat:
“ mulai hari ini aku akan membaca kamus ini halaman per halaman” katanya
sambil mengepalkan tangan. Di kemudian hari niatnya terbayar tunai, dia
paling lancar menjawab pertanyaan-pertanyaan guru bahasa Inggris.
4.
Pintar: “sobat, saat
aku menulis surat ini aku sedang mengikuti lomba IPA, aku benar-benar bangga!
Langkah untuk menjadi Habibi semakin dekat. Bagaimana dengan kegiatanmu di
pondok?? “Lif... aku diterima di ITB!!! Andai kita bisa sama-sama menjadi
mahasswa ITB kita akan bersama-sama menjadi Habibi.
5.
Sholeh: Bukti “saya
ingin mendalami ilmu agama dannmenjadi hafiz
(penghafal Al-Qur’an).
6.
Keras, jujur,
setia kawan: di
kemudian hari kau menyadari dia orng yang paling jujur, paling keras tapi
juga paling setia kawan yang pernah aku kenal.
7.
Rajin: tadi dia
datang paling pagi.
8.
Optimis: tenang akhi,
sebentar lagi kita akan selamat. Asrama tinggal 100 meter lagi. Kata Said
dengan optimis memberi kami harapan.
Dewasa:
Dia
yang paling dewasa, tak salah kami memilihnya sebagai ketua kelas. selama
setahun kedepan, dia selalu menjawab keluh kesah kami dengan senyum dan
cerita yang membakar semangat.
|
Novel Terjemah : Princess
|
1.Sultana
2.Ayah
3.Ibu
4.Faruq
5.Karim
6.Sara
7.Nura
8.Wafa dan Nadia
|
1.
Pemberani
2.
Keras, egois
3.
Baik
4.
Jahat, egois
5.
Mau berubah menjadi lebih baik
6.
Pantang menyerah
7.
Penyayang
8.
Pemberani
|
1.
Pemberani : Aku melakukan tindakan nekat
dengan menolak patuh pada superioritas hak prerogatif laki-laki dan aku tahu
akan konsekuensinya.
2.
Keras : Ayah meresponnya dengan kata yang
tegas, tidak.
Egois : Sudah lama
ia ingin anak perempuannya yang tercantik akan menikah dengan laki-laki yang
kaya dan terkemuka.
3.
Baik : Ia menjalani hidup saleh sebagai
muslim yang baik.
4.
Jahat dan egois : Faruq
menjatuhkanku ke tanah, tetapi aku tetap menolak menyerahkan apel merah
pemberian seorang juru masak asal Pakistan.
5.
Ingin berubah : Karim mau menandatangani surat perjanjian
yang berisi ia tidak boleh menikah dengan wanita lain selama ia masih menjadi
suami Sultana.
6.
Pantang menyerah: Sara mencoba
untuk bunuh diri karena ia sudah tidak kuat hidup dengan suaminya. Namun
tindakannya untuk bunuh diri diketahui oleh orang lain dan Sara langsung
dibawa ke rumah sakit.
7.
Penyayang: Nura tidak tega melihat Sara
seperti itu. Nura mencoba meyakinkan ayah bahwa Sara dan Sultana perlu
melihat dunia luar Arab Saudi
8.
Pemberani : Wafa dan Nadia adalah gadis
yang jauh lebih berani melakukan pemberontakan. Mereka berani mendekati
seorang lelaki asing yang sangat tampan dan mereka bertanya kepada lelaki itu
apakah ia mau sedikit bersenang-senang.
|
2. Alur
Novel
|
Alur
|
Bukti
|
Novel Indonesia : Negara 5 Menara
|
Alur campuran
|
Dinginnya
udara di Washington seakan menghilang setelah membaca sms dari salah satu
anggota sahibul menara. Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbang jauh ke
masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hidupku. ( menceritakan masa
kecil). Kami sangat terharu mengenang persahabatan kami dulu di PM. Di luar
apartemen Atang berkata “pada saatnya nanti kita harus pulang kenegeri kita
sendiri untukmengamalkan apa yang kita dapat disini.
|
Novel Terjemah : Princes
|
Alur campuran
|
Kenangan
pertamaku yang masih terngiang adalah kekerasan: saat masih berumur 4 tahun
aku ditampar oleh ibukku yang biasanya lembut (menceritakan masa kecilnya
yang suram). Tak seperti kebanyakan suami-suami di Saudi, Karim menyimpan
passport keluarga yang mudah dijangkau istrinya (menceritakan masa kini).
|
3. Setting
Novel
|
Latar
|
Bukti
|
Novel Indonesia : Negara 5 Menara
|
· Tempat :
1.
Bukit Barisan,
2.
Sawah,
3.
Danau Minanjau,
4.
Pondok Madani,
5.
Di bawah menara masjid
6.
Rumah
· Waktu :
malam hari
· Suasana :
1.
kecewa,
2.
kagum
|
· Tempat :
1,
2,3. Masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di Bukit
Barisan, main bola di sawah dan mandi di air biru Danau
Minanjau.
4.
Dihari pertama di Pondok Madani (PM) Alif terkesima dengan “mantera sakti Man
Jadda Wajadda”
5.
Di
bawah menara masjid, mereka menunggu waktu maghrib sambil menatap
awan lembayung yang berarak ke ufuk.
6.Rumah
di ruang tengah ayah hanya duduk menonton TV . acara di sore hari.
Kami
tiba di pondok pagi hari. Dari luar, bangunan itu tampak melayang karena
tertutup kabut.
· Waktu :
Di
bawah menara masjid, mereka menunggu waktu maghrib sambil menatap awan
lembayung yang berarak ke ufuk.
· Suasana :
1.
Dengan
setengah hati dia mengikuti perintah ibunya : belajar di pondok.
2.
Dihari pertama di Pondok Madani (PM) Alif terkesima dengan “mantera sakti
Man Jadda Wajadda”. Disana ia bertemu dengan anak-anak yang luar biasa.
|
Novel Terjemah : Princes
|
· Tempat :
1.
Rumah ayah Sultana,
2.
Rumah Karim dan Sultana
· Waktu : 4
bulan setelah ibu meninggal.
· Suasana : haru
|
· Tempat
1.
Dalam sebuah keluarga dengan sepuluh anak prempuan dan satu orang anak
laki-laki ketakutan menyelimuti rumah kami.
2.
Sebuah pesta makan malam sedang berlangsung di rumah kami di Jeddah……
· Waktu
4
bulan setelah ibu meninggal ayah menikahi Randa.
· Suasana
Ibu
meninggal dengan tenang. Anak-anak perempuan mengelilingi setiap inchi
ranjang kematiannya, ia terbaring diselimuti cinta darah dagingnya.
|
4. Sudut
Pandang
Novel
|
Sudut Pandang
|
Bukti
|
Novel Indonesia : Negara 5 Menara
|
Orang pertama, pelaku utama
|
Aku bertekad
melawan keinginan amak dengan gaya diam dan mengurung diri di kamar.
|
Novel Terjemah : Princes
|
Orang pertama, pelaku utama
|
Aku seorang
putri dari sebuah negeri yang diperintah oleh seorang raja.
|
5. Amanat
Novel
|
Amanat
|
Bukti
|
Novel Indonesia : Negara 5 Menara
|
1.
Jangan pernah meremehkan impian walau setinggi
apapun.
2.
Bersungguh-sungguhlah dalam mencapai suatu impian
karena suatu saat nanti sukses pasti menghampiri.
3.
Turuti perintah orangtua dalam hal kebaikan.
|
1.
Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang
mereka tahu adalah : jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun.
Tuhan sungguh Maha Mendengar.
2.
Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses.
3.
Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif
ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti
perintah ibunya : belajar di pondok.
|
Novel Terjemah : Princess
|
Sebagai wanita
harus memperjuangkan haknya dan tidak boleh menyerah dengan keputusan seorang
pria.
|
Dengan marah,
aku menjawab bahwa kami adalah perempuan tidak bisa ‘mencuri-curi keadaan’.
Kami harus mengambil kesempatan sekecil apapun yang ada.
|
3.Membandingkan Unsur Ekstrinsik
Novel
|
Nilai-nilai
Terkandung
|
Bukti
|
Novel
Indonesia : Negara 5 Menara
|
1.
Nilai budaya
|
1.
Panggila amak, orang minang selalu sangat percaya
diri dan punya semangat glibal memberi nama anaknya. Di Minangkabau juga
dikenal istlah ketek banamo,gadang gola yang artinya kecil diberi
nama besar diberi gelar. Begitu
seorang laki-laki menikah, maka ia mendapat gelar. Gelar tertingi Datuk atau
kepala suku. Barang siapa yang berani memanggil datuk dengan sebutan namanya
maka akan diberi sanksi
|
Novel
Terjemah : Princes
|
1.
Nilai moral
2.
Nilai kebudayaan
|
1.
Hadi sedang memperkosa seorang gadis kecil,
umurnya tak lebih dari 8 tahun dan Faruq memegangi gadis kecil itu.
2.
Sudah menjadi keharusan seorang perempuan Arab
untuk menutup auratnya termasuk mengenakan cadar pada saat mendapatkan
menstruasi yang pertama.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar